Selasa, 14 Juni 2011

Resume bab 6 propaganda



BAB 6. DICARI, MORALITAS PROPAGANDIS
Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995) berarti (ajaran) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, asusila. Sedangkan bermoral artinya mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik. Integeritas yang dimilki seseorang juga menunjukkan moralitas yang baik. Bagi Suseno (1992), integritas menunjukkan sikap bahwa jiwa dan dirinya terkotak-kotak, konsekuen, dan sama dalam pelbagai kehidupan menurut suatu pola kepribadian yang tidak dibuat-buat, apa itu dalam pergaulan antarpribadi pekerjaan dan dalam kegiatan politik.
A.    Pentingnya Moralitas
Dengan moralitas yang dipunyai propagandis akan mengarahkan dirinya untuk tidak jatuh ke lembah kenistaan di luar batas kemanusiaan. Hal lain yang menjadi landasan kenapa moralitas penting untuk diwujudkan oleh propagandis, karena ia berurusan dengan banyak orang. Sedangkan masing-masing orang-orang mempunyai aspirasi yang berbeda, tuntutan dan kebutuhan yang berbeda. Propagandis dalam hal ini harus mendasarkan perilakunya pada aspek-aspek yang lebih luas dan bukan pada dirinya sendiri. Sebab, selama ini yang dikenal adalah propagandis melakukan kegiatan propaganda untuk mewujudkan ambisi pribadi.
Dengan moralitas pula, usaha tidak jujur juga bisa ditepis. Seorang yang tidak punya moralitas yang baik akan berusaha untuk berbuat bohong untuk mengejar ambisi pribadinya. Moralitas akan menanamkan makna yang benar dan harus dilaksanakan dan mana yang salah untuk tidak dilaksanakan.
Moralitas juga menumbuhkan orang bersikap sportif. Artinya, mau mengakui kesalahan dirinya sendiri dan di sisi lain “angkat topi” untuk keunggulan pihak lain. Selanjutnya, kejujuran tertanam dalam diri propagandis. Sportif juga membutuhkan kejujuran. Dengan demikian, moralitas menjadi sesuatu yang tak bisa dihilangkan dan harus tertancap kuat dalam diri propagandis.

B.     Kelemahan Moral
Moralitas adalah seperangkat aturan yang sangat mengikat pribadi yang bersangkutan. Dengan demikian pertanggungjawaban juga bersifat pribadi. Ini pula mengapa moral menyangkut hati nurani yang menggunakannya. Jika orang tidak mempunyai hati nurani yang baik sesuai yang ada dalam pola moralitas, ia tentu tidak ambil pusing apakah yang dilakukannya benar atau salah.
Kelemahan moral yang paling terasa adalah karena tanggung jawab ada pada diri masing-masing. Hal demikian juga pernah dikhawatirkan oleh Kuntowijiyo dalam melihat perilaku politik keagamaan.
Kekhawatiran itu juga bisa ditimpakan pada masalah moral propagandis. Dalam dunia politik kadang sering dipersepsikan hanya ada lawan atau kawan. Maka nyaris dalam politik ada usaha menghalalkan segala cara. Padahal sebenarnya dalam politik juga bisa dikembangkan politik yang bermoral. Meskipun hal demikian tidak mudah dilaksanakan. Maka alangkah lebih baiknya seandainya moral itu juga didukung oleh jaminan kepastian hukum sebagai rule of the game yang jelas.
Jika kepastian hukum bisa ditegakkan, moralitas juga akan sedikit banyak terpupuk, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, moralitas propagandis memang harus diwujudkan, namun menegakkan ukuran penegakan hukum yang jelas juga harus. Ini untuk menghindari pegklaiman kebenaran dan merasa benar sendiri yang bisa terjadi.

C.    Memupuk Kesadaran
Dalam hal ini usaha memupuk agar pengaruh propaganda tidak berimplikasi negatif tidak hanya terletak pada propagandis, tetapi juga sasaran propaganda. Bagi propagandis, ia juga harus bisa belajar dari orang lain.
Jika pada akhirnya berimplikasi negatif, maka ia harus sadar dengan mengurungkan niat untuk mempropagandakan. Itu artinya pula, akan lebih baik jika dipropagandakan memang objektif atau kalau perlu melalui suatu penelitian ilmiah. Sedang bagi sasaran, jangan hanya menerima begitu saja yang datang dari propagandis. Sasaran harus selektif apakah memang yang disampaikan benar atau tidak. Jika pada akhirnya bukan hal yang tabu untuk menanyakan pada orang yang dianggap lebih tahu. Dalam hal ini sharing ide dengan berbagai pihak, belajar dari banyak hal, bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat, sedikit banyak akan menolong.
Maka, sesuatu yang berimplikasi negatif dari propaganda harus dihilangkan, dan hal demikian harus dimulai pada kesadaran diri sendiri. Sebab, usaha menyalahkan pihak lain hanya akan berimplikasi tidak memperjelas akar persoalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar