Selasa, 14 Juni 2011

resume cyber media


WEB 1.0
Sebenarnya Web 1.0 merupakan web terhadulu sebelum munculnya web-web yang sering temen- temen lihat atau gunakan sekarang ini. Web yang masih mengandalkan halaman statis dari tag-tag HTML sehingga pengunjung hanya dapat mencari sesuatu atau yang sering disebut “searching” , dan melihat-lihat “browsing” informasi-informasi yang ada pada web, kita juga tidak dapat memberi komentar apa- apa, karna web 0.1 tidak mendukung aplikasi tersebut, dan jika kita ingin mendapatkan informasi dari web yang inginkan kita kunjungi, user harus datang ke web tersebut.

            Sedangkan elemen yang biasa digunakan dalam Web 1.0 adalah:
Halaman statis, Tombol GIF dan Framesets.

             Teknologi web ini memiliki ciri-ciri umum yang mencolok yaitu consult, surf dan search. Secara umum, Web 1.0 dikembangkan untuk pengaksesan informasi dan memiliki sifat yang sedikit interaktif.Secara garis besar, sifat Web 1.0 adalah Read.

             Contoh yang paling gampang dalam Web 1.0 adalah situs-situs personal. Berbeda dengan blog,dan layanan sejenisnya, karna situs personal hanya berpusat pada satu orang.

MENGENAL WEB 2.0

            Istilah web 2.0 mulai dikenal pada konferensi O’relly Media 2.0 pada tahun 2004, Istilah itu diartikan sebagai versi baru dari World Wide Web (WWW) yang telah dikenal luas sejak era dot com. Setelah istilah 2.0 mulai popular, maka barula konsep website konvensional disebut dengan Web 1.0 untuk mempermudah perbandingan. Tetapi, berbeda dengan istilah lain yang menambahkan digit untuk menunjukkan fitur atau hal baru yang bersifat tekhnikal, istilah web 2.0 tidak merujuk pada hal-hal tekhnikal. Artinya web 2.0 tidak menampilkan sebuah teknologi yang baru secara signifikan (walau beberapa web 2.0 menyertakan teknologi canggih), tetapi pengertian web 2.0 lebih merujuk pada sebuah konsep, menyangkut cara development, dan penggunaannya di media internet. Contoh-contoh web 2.0 sebenarnya adalah website-website situs yang sudah tidak asing lagi bagi anada yang menggunakan internet, dan mingkin merupakan situs-situs yang anda akses setiap harinya, seperti Wikipedia, e-Bay, Frienster, dan masih banyak lagi.

            Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis pada industry computer yang dikarenakan oleh perpindahan internet menjadi sebuah platform. Coontoh untuk mempermudah pemahaman konsep Web 2.0 adalah dengan melihat contoh perbandingan antara website konvensional (Web1.0) dengan website yang telah termasuk ke dalam 2.0.  Istilah W2.0 dipakain untuk menggambarkan aplikasi-aplikasi internet generasi baru yang merevolusi cara kita menggunakan internet. Semua aplikasi ini membawa kita masuk ke babak baru penggunaan internet yang berbeda pada generasi sebelumnya pada pertengahan tahun 1990-an.  Ciri-ciri Web 2.0 antara lain:

v  The web as platform, aplikasi web 2.0 menggunakan Web (internet) sebagai platformnya. Platform di sini maksudnya adalah tempat suatu aplikasi dijalankan. Contoh platform yang terkenal adlah windows, di mana ada aplikasi-aplikasi seperti Microsoft office dan Adobe photoshop. Menggunakan internet sebagai platform berarti aplikaso-aplikasi tersebut dijalankan langsung di atas internet dan bukan di atas satu system operasi tertentu. Contohnya adalah google yang bisa diakses dari system operasi manapun.
v  Harnessing collective intelegence, Aplikasi web 2.0 memanfaatkan kepandaian dari banyak orang secara kolektif. Sebagai hasilnya muncullah basis pengetahuan yang sangat besar hasil gabungan dari pengetahuan banyak orang.Contohnya adalah Wikipedia. Wikipedia adalah ensiklopedia online yang memperbolehkan semua orang untuk membuat dan mengedit artikel. Hasilnya adalah sebuah ensiklopedia online besar yang sangat lengkap artikelnya, bahkan lebih lengkap dari pada ensiklopedia komersial seperti Encarta.Contoh lainnya adalah del.icio.us dan blogosphere.
v  Data in the next intel inside, Kekuatan aplikasi web 2,0 terletak pada data. Aplikasi-aplikasi internet yang berhasil selalu didukung oleh basis data yang kuat dan unik. Contohnya adalah google, yang kekuatannya terletak pada pengumpulan dan manajemen data halaman-halaman web di internet. Contoh lainnya adalah amazon.
v  End of the software release cycle, Aplikasi web 2.0 memiliki sifat yang berbeda dengan aplikasi pada platform “lama” seperti windows. Suatu aplikasi windows biasanya dirilis setiap dua atau tiga tahun sekali, misalnya saja Microsoft office yang memiliki versi 97, 2000, XP, dan 2003. Di lain pihak, aplikasi web 2.0 selalu di up date terus menerus karena sifatnya yang bukan lagi produk melainkan eb layanan. Google misalnya, selalu di up date data dan programnya tanpa perlu menunggu wakti-waktu tertentu.
v  Lighweight programming models, Aplikasi web 2.0 menggunakan teknik-teknik pemograman yang “ringan” seperti AJAX dan RSS. Ini memudahkan orang lain untuk memakai ulang layanan suatu aplikasi web 2.0 guna membentuk layanan baru. Contohnya adalah layanan google maps yang dengan mudah dapat digunakan orang lain untuk membentuk layanan baru. Sebagai hasilnya muncullah layanan-layanan seperti HousingMaps yang menggabungkan layanan Google Maps dengan Craigslist. Layanan seperti ini, yang menggabungkan layanan dari aplikasi-aplikasi lainnya, dikenal dengan istilah mashup.
v  Software above the level of a single device, Aplikasi web 2.0 bisa berjalan secara terintegrasi melalui berbagai device. Contohnya adalah iTunes dari Apple yang berjalan secara terintegrasi mulai dari server internet (dalam bentuk toko music online), ke computer pengguna (dalam bentuk program iTunes), sampai ke mobile device (dalam bentuk iPod). Di masa depan diperkirakan akan makin banyak aplikasi-aplikasi yang memiliki sifat ini, misalnya saja demo Bill Gates di CES 2006 menunjukkan integrasi antar device yang luar biasa.
v  Rich user experience, Aplikasi web 2.0 memiliki user interface yang kaya meskipun berjalan di dalam browser. Teknologi seperti AJAX memungkinkan aplikasi internet memiliki waktu respons yang cepat dan user interface yang intuitif mirip seperti aplikasi Windows yang diinstal di computer kita. Contohnya adalah Gmail, aplikasi email dari Googla yang memiliki user interface revolusioner. Contoh lainnya adalah GoogleMaps yang meskipun berjalan dalam browser namun bisa memberikan respons yang cepat saat pengguna menjelajahi peta.
           
            Namun ciri-ciri yang telah diuraikan di atas bukan berarti akan selalu menunjukkan web 2.0. Semakin banyak ciri-ciri itu ada dalam sebuah web, maka semakin mendekati web 2.0.

PERBEDAAN WEB 1.0 dengan WEB 2.0

Web 1.0
Web 2.0
                           Double Click           
Google Adsense
Ofoto
Flickr
Akamai
                            Bit Torrent
Mp3.com
Napster
Britannica Online
Wikipedia
Personal Websites
Blogging
Evite
Upcoming.org and EVDB
Domain Name Speculation
Search Engine Optimization
Page Views
Cost Per Click
Screen Scraping
Web Services
Publishing
Participation
Content Management System
Wikis
Directories (taxonomy)
Tagging (“folksonomy)
Stickiness
Syndication


JURNALISME ONLINE
          Perkawinan internet dan jurnalisme berakar dan ditetapkan oleh standar World Wide Web (WWW). Ini adalah tipe baru dari jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Deuze menyatakan bahwa perbedaan online journalist dari rekan-rekan tradisionalnya terletak pada keputusan jenis baru yang dihadapai oleh para wartawan cyber.
            Pavlik (2001) menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism”, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik, yaitu kemampuan-kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi-komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (customizable features)
            Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasikan lima perbedaan utama yang ada di antara jurnalisme online dan media massa tradisional : 1) Kemampuan internet untuk mengkombinasikan sejumlah media, 2) Kurangnya tirani penulis atas pembaca, 3) Tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak, 4)  Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung, 5) Interaktiftas web.
            Internet adalah jurnalisme yang berubah. Perubahan-perubahan yang dibawa oleh kemungkinan-kemungkinan teknologis mengartikulasikan kembali peranan-peranan dan fungsi-fungsi profesi ini. Misalnya, sebuah studi oleh Singer (2001) mengidentifikasikan bahwa ketika surat kabar menjadi online, peran penjaga gerbang (gatekeeper) mereka menghilang. Ini menyarankan agar surat kabar tradisional sebaiknya menyerahkan peran ini dengan menyediakan link-link ke situs-situs berita yang terhubungkan, bukannya memutuskan kisah mana yang semestinya disertakan.
            Dalam kaitannya dengan “nilai tambahan” situs-situs berita, penting untuk menambahkan dan menekankan kapabilitas-kapabilitas teknis internet, dan bagaimana semua ini mengubah cara-cara jurnalisme beroperasi. Hal ini akan sesuai dengan transformasi jurnalisme terbaru. Sebuah motto baru yang yang pas denga jurnalisme online adalah “All the news that’s bits we print (semua berita dalam bentuk bit akan kami cetak).

Ø  KODE ETIK UNTUK JURNALISME “DOTCOM”
         
            Media massa bertambah anggita dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyber dalam kategori com. Publik dewasa ini tidak hanya mengenal surat kabar, majalah, radio, Koran, atau televise sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di ruang cyber. Karena tanda pemisah dalam taksonomi situs itu berupa titik atau dot, maka kategori pemberitaan model baru ini disebut sebagai jurnalisme dotcom. Dengan adanya jurnalisme dotcom, revolusi dan definisi berita saat ini telah bergeser.
            Berita bukan lagi petristiwa yang telah berlangsung yang dipublikasikan media massa, tetapi menjadi periatiwa yang sedang berlangsung dan disiarkan media massa. Media massa yang mampu melakukan pemberitaan langsung ini tentu saja bukan hanya televise semata, tetapi juga dotcom. Namun wartawan cetak dan wartawan dotcom sama-sama belum mampu secara tajam melihat problem etik spesifik yang muncul dalam pemberitaan ala dotcom. Untuk menegakkan pemberlakuan kode etik di dunia cyber, peserta loka karya merekomendasikan pembentukan semacam “dewan pers” bagi asosiasi tersebut. Masyarakat juga dianjurkan untuk membentuk media watch independen atau ombudsman untuk menegakkan pemberlakuan kode etik itu.
            Mehmet Arslan Lutfi menjelaskan bagaimana computer dan internet telah menghadirkan cara-cara baru baginjurnalisme dalam memproses, memproduksi, dan menyebarkan berita. Sedangkan L Gracia menyebut intelligence dispersal pada kapasitas teknologi ini. Internet membuat penjaga gawang (gatekeeper) redaksional dalam organisasi penyiaran, kabel, atau radio hilang. Siapapun bisa menggabungkan diri. Siapapun dapat menelusuri informasi sev\cara unlimited. Siapapun dapat merespons secara one-to-one atau one-to-many kepada siapapun. Sifat internet yang terbuka ini menampilkan keunikan tersendiri di antara bentuk-bentuk komunikasi yang pernah tercipta.
            Maka dari itulah, berbagai outlet media berita, baik yang tradisional atau yang alternative, ataupun yang mainstream berupaya memanfaatkannya dengan membuat sebuah tampilan web.

“Media Sosial”
Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki mungkin merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Sementara jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.
Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat.
Jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa menyampaikan pendapat secara terbuka karena satu dan lain hal, maka tidak jika kita menggunakan media sosial. Kita bisa menulis apa saja yang kita mau atau kita bebas mengomentari apapun yang ditulis atau disajikan orang lain. Ini berarti komunikasi terjalin dua arah. Komunikasi ini kemudian menciptakan komunitas dengan cepat karena ada ketertarikan yang sama akan suatu hal.
Kekuatan Media Sosial
Turunnya  sang tiran Hosni Mobarak dari jabatan presiden Mesir tidak lepas dari peran media sosial. Para pengamat menilai saat ini masyarakat lebih sadar akan kekuatan media sosial dalam menghadapi krisis nasional. Pemilu di Iran pada 2009 yang memicu kemarahan para penguasa di sana lantaran sebagian masyarakat menyebarkan gerakan politik secara diam-diam melalui jejaring sosial Twitter. Kemarahan pemerintah yang berkuasa saat itu akhirnya memicu pemblokiran seluruh jaringan internet di Irak.
Kekuatan media sosial juga telah membuka mata dunia saat terjadi gempa bumi di Haiti dan berlanjut pada masalah krisis kesehatan akibat wabah kolera. Dan kini jatuhnya kekuasaan Hosni Mubarak telah disaksikan jutaan orang di dunia lewat jejaring sosial Twitter dan Facebook. Ketika Mubarak bersikukuh tidak bersedia turun, para demonstran tetap bergerilya melakukan aksi bawah tanah melalui jejaring sosial. Bahkan Google ambil peran untuk ikut memberikan bantuan menjembatani suara masyarakat Mesir ke dunia, lewat Twitter, Facebook, dan YouTube.
Baru-baru ini Palang Merah Amerika dan Yayasan Manajemen Kongres telah melakukan penelitian seberapa besar peran media sosial terhadap situasi darurat maupun krisis nasional. Hampir separuh responden dalam survei baru-baru ini, memilih menggunakan media sosial dalam memberitahu kerabat dan teman-teman saat terjadi bencana atau krisis sosial. Para responden menyebut media sosial memiliki energi dan lebih menyentuh.
Media Sosial Menjadi Media Promosi
Pertumbuhan pengguna situs jejaring sosial di Tanah Air terus melesat. Bahkan Indonesia menempati peringkat pertama dunia penetrasi pengguna Twitter. Berdasarkan survey yang digelar comScore, rasio pengguna Twitter dibanding pengguna internet di Indonesia mencapai 20,8%, diikuti Brasil (20,5%), dan Venezuela 19,0%. Di AS, penetrasi pengguna Twitter bahkan hanya 11,9%.
Sedangkan dilihat dari perbandingan pengguna Twitter terhadap jumlah penduduk, Indonesia menempati peringkat keenam dunia dan tertinggi di Asia, sebesar 2,41%. Pengguna internet di Indonesia kini mencapai 45 juta. Dengan penetrasi 20,8%, berarti terdapat sembilan juta pemilik akun Twitter.
Media sosial tak lagi sekadar media pertemanan, tapi lebih dari itu. Apalagi dengan hadirnya blog-blog gratis, situs jejaring sosial Facebook, Twitter, dan Youtube. Media social telah menjadi wadah penggalangan opini publik dalam rangka jual ‘diri’ atau jual produk. Menurut Chief Marketing Officer PT Merah Cipta Media (MCM) Herman Kwok, media sosial dalam perkembangannya telah menjadi wahana penggalangan opini publik.
Opini di dunia maya, kemudian ditransfer menjadi opini di dunia nyata. Itulah yang terjadi dalam kasus Wikileaks, pimpinan KPK Bibit- Chandra, serta Prita versus RS Omni International, dan yang lainnya. “Fenomena ini wajar di Negara demokrasi seperti Indonesia. Justru dengan adanya media sosial kegundahan dan keresahan masyarakat mendapatkan tempat penyalurannya. Itu lebih bagus daripada mereka aksi turun ke jalan,” kata Herman Kwok di Jakarta, Kamis (27/1).
Namun, pentransferan opini di dunia maya menjadi opini di dunia nyata itu terjadi dengan cepat. “Ini perlu diwaspadai karena suatu rumor negatif dapat dengan mudah bergerak lebih cepat dan dalam skala yang sangat masif,” jelas dia. Itulah yang terjadi pada kasus Wikileaks, yakni pembocoran dokumen negara Amerika Serikat (AS), yang dilakukan secara masif lewat internet, dan kemudian ‘disahkan’ oleh media massa. Media massa kemudian mencari konfirmasi dari pejabat-pejabat yang disebut di dalam dokumen itu.
Menggunakan Media Sosial Sesuai dengan Peruntukannya
Facebook
facebook adalah platform untuk membina hubungan. Facebook adalah platform untuk membina relationship dengan orang-orang yang kita kenal secara langsung di dunia nyata. Saya ulangi: dengan siapa yang kita kenal langsung di dunia nyata. Saya rasa inilah yang mendasari hubungan antar user di Facebook yang membutuhkan approval – untuk menjamin bahwa siapa yang terhubung dengan kita adalah orang-orang yang benar-benar kita kenal dan bukan alay yang meng-add anda karena profile picture anda terlihat kece dan agar jumlah teman di friendlistnya jadi banyak.
Implikasi dari pandangan diatas:
·         Pembicaraan di facebook lebih pribadi; Dengan jokes-jokes yang konteksnya mungkin hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengenal saya secara langsung. Conversationnya lebih personal.
·         Hanya teman-teman yang dikenal secara langsung yang ada di friendlist.
·         Friend request dari orang yang tidak dikenal secara langsung, langsung di ignore.
·         Facebook adalah platform yang digunakan untuk menjaga hubungan dengan orang-orang yang di kenal secara langsung.
Twitter
twitter berbeda dengan facebook. Jika facebook dikembangkan untuk membina hubungan, twitter dikembangkan untuk melakukan “pembicaraan” atau “conversation”. Hal ini berdampak pada tidak perlunya kita mengumbar data pribadi di twitter: kita tidak perlu bio lengkap, nama asli, atau informasi esensial mengenai social graph kita. Hubungan antar user pun tidak memerlukan approval dan cukup di dasarkan hubungan “follow” dimana orang yang difollow tidak perlu memfollow balik jika dia rasa tidak perlu. Seperti obrolan ringan di angkot atau kedai kopi favorit anda: anda tidak perlu tahu siapa yang berbicara, apa latar belakangnya, atau apakah dia lajang atau duda: selama pembicaraannya menarik, lanjutkan saja.
Implikasi dari pandangan diatas:
·         Jika facebook adalah mengenai dengan siapa anda sekolah, twitter adalah mengenai dengan siapa anda ingin bersekolah
·         Pembicaraan di twitter bukan lagi pembicaraan personal
·         Tidak menutup “tweet” dengan protected tweet.
·         Facebook adalah mengenai apa yang di inginkan teman-teman ketahui tentang saya; Twitter adalah mengenai apa yang di inginkan dunia ketahui tentang saya. More professional discourse is tweeted in twitter instead in facebook.


Blog
twitter dan facebook memfasilitasi saya untuk “berbicara” baik kepada dunia dan teman-teman dekat, apalagi gunanya blog? Mengapa masih ngeblog?
Sederhana: karena blog lebih searchable.
Saya belum terlalu update dengan kabar terbaru seputar social search yang dikembangkan Google dan mesin pencari lain, tapi saya yakin kebanyakan orang-orang awam. Jika mereka cukup tanggap terhadap teknologi, hal paling canggih yang saya asumsikan akan mereka lakukan adalah mengakses Google search / kolom search di Facebook dan mengetikan nama saya disana.
Di halaman pertama pasti terdapat akun facebook saya – namun mereka tidak akan bisa mengakses informasi personal karena privacy setting yang saya gunakan. Akun twitter juga akan nampak, namun tidak terlalu banyak pemikiran saya (yang bercampur dengan conversation – tentunya) yang dapat “ditangkap” melalui medium 140 karakter atau kurang yang jumlahnya berhalaman-halaman itu. Heck, this is why i need blog. Specifically, blogs.
Implikasi dari pandangan diatas, ini yang saya lakukan untuk blog:
·         Membuat blog pribadi dengan alamat namasaya.com (dalam kasus saya, fikrirasyid.com). Mengapa menggunakan nama asli langsung? Pertama agar orang tahu bahwa itu asli, kedua agar tampak baik di ranking Google Search, ketiga karena alamat blog adalah brand saya (itulah mengapa saya menggunakan .com alih-alih ngekos di free blog service).
·         Hal-hal yang saya bahas di blog pribadi adalah hal-hal yang sifatnya merupakan interest saya, namun bermanfaat jika saya share dengan orang awam / publik.
·         Untuk hal-hal yang sifatnya interest utama dan berpotensi menjadi karir, saya lebih pilih membuat satu niche blog lain. Sebenarnya digabung dengan personal blog pun bisa, namun saya lebih pilih membuat niche blog tambahan karena disatu titik tertentu (jika blognya menjadi terkenal dan membutuhkan perhatian ekstra) dapat dilakukan pendelegasian tanpa perlu canggung.
Bagaimana dengan media sosial lain?
Saya tidak terlalu aktif di media sosial lain, tapi saya memiliki akun di media sosial lain karena kebutuhan yang bersifat “musiman” (musiman untuk saya, tentunya – belum tentu musiman untuk anda) yang kerap kali ada:
·         YouTube untuk mempublikasikan video
·         Slideshare untuk mempublikasikan slide presentasi (btw, yang ini a-must-have jika anda seorang professional / guru / pelajar)
·         Scribd untuk mempublikasikan dokumen
·         Google Account untuk webmail client dan collaborative working dengan dokumen
·         Yahoo Account untuk berjaga-jaga dikala gmail bermasalah.

Media Sosial Bisa Bikin Kesepian
Saat ini, semakin banyak orang yang ketergantungan terhadap media sosial. Dari sana, Anda bisa melihat seberapa banyak teman yang dimiliki seseorang. Entah angka-angka itu memang menunjukkan benar orang-orang itu adalah teman yang dekat atau main asal add saja. Dari media sosial semacam ini, makin nyata bahwa ada begitu banyak orang yang bisa terhubung dengan Anda hanya dalam hitungan detik.
Tinggal klik, dan Anda pun sudah terhubung dengannya. Komunikasi pun terjalin dengan instan. Idenya sih sederhana, menghubungkan yang jauh. Tetapi, menurut para peneliti dan pengamat, hal ini justru bisa membuat seseorang merasa kesepian.
Kok bisa? Leslie Becker-Phelps, PhD, dari WebMD melihat hal ini. Menurutnya, secara fakta, saat ini media sosial sudah berkembang sangat pesat dan semakin kompleks, bahkan lebih kompleks ketimbang interaksi tatap mata. Kekompleksitasan ini bisa merujuk ke dua hal, menjadi hal yang menguntungkan, tetapi bisa juga menjadi problem potensial. Mengirimkan surat elektronik, SMS, dan saling berbalas pesan di Facebook adalah cara termudah untuk saling bertegur sapa.
Namun, hal ini sekaligus mempersempit jumlah informasi yang terjadi. Contoh, lewat pesan-pesan elektronik itu, kebanyakan orang bisa mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya tanpa harus benar-benar terlibat dalam perbincangan secara langsung. Kita bisa menilai apa yang sedang dirasakan oleh teman kita tanpa harus menatapnya langsung. Ia cukup menuliskan apa yang ia rasa.
Namun, di saat yang bersamaan, kita makin lemah dalam menilai intonasi suara teman atau membaca gestur tubuh, atau melihat kejujuran dari tatap mata antar-manusia. Atau, pernahkah Anda menuliskan kata-kata seperti "ha-ha-ha" atau simbol tertawa terbahak-bahak, padahal di kehidupan aslinya, Anda tidak tertawa, tetapi hanya bermuka datar?
Hal-hal semacam ini membuktikan bahwa berkomunikasi lewat media elektronik melemahkan kita untuk melatih interaksi tatap muka karena menjadi hal yang "aman" untuk berkomunikasi.
Beda orang, beda pula penggunaan media sosialnya. Beberapa riset menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kepribadian terbuka, outgoing, serta percaya diri terlihat tak terlalu merasa ketergantungan dengan media sosial. Bahkan, meski mereka terlihat aktif menggunakan media sosial, mereka lebih memiliki komunikasi yang lebih kompleks, seperti telepon atau komunikasi tatap muka. Bagi mereka, media sosial hanya membantu hubungan yang sudah terbentuk secara pribadi, atau untuk meluaskan persahabatan yang sudah terbentuk dan solid.
Kebalikannya, menurut Leslie, tipe orang yang insecure cenderung memilih media sosial sebagai bentuk utama komunikasi. Untuk mereka, e-mail memberikan rasa keamanan dari kekhawatiran yang biasa mereka hadapi saat melakukan interaksi tatap muka. Kesulitan berkomunikasi yang biasa mereka hadapi, antara lain, kelemahan dalam kemampuan bersosialisasi, ketakutan berada di tengah keramaian, dan mereka berusaha menghindari ketidaknyamanan tersebut dengan menekan jumlah waktu untuk berkomunikasi langsung. Semakin mereka menghindari situasi sosial, makin mungkin mereka akan meneruskan upaya untuk menghindarinya.
Karena itu, mereka akan kekurangan interaksi sosial yang kompleks dan mendalam. Sebagai hasilnya, mereka akan merasa kesepian. Cara terbaik bagi mereka yang mengalami masalah ini adalah dengan menghadapi masalah ini secara lembut. Mereka yang memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi harus bekerja keras untuk mengasah kemampuan yang diperlukan dalam interaksi langsung. Hal ini bisa dihadapi dengan terapi individual, terapi grup, atau buku pengembangan diri.
Sementara mereka yang sudah memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, tetapi masih merasa takut ada di tengah keramaian, perlu belajar untuk meningkatkan kekayaan dari cara berkomunikasinya. Ini bisa dilakukan dengan sendirinya, tetapi juga mungkin akan butuh bantuan profesional. Dalam kedua kasus di atas ini, saat seseorang mulai terbiasa dan nyaman dalam situasi sosial, mereka akan mulai merasa ada hubungan dengan orang lain, dan tak terlalu merasa kesepian lagi.
Media sosial bukanlah masalah. Itu hanya sebuah alat. Dengan menggunakan media sosial sebagai bagian untuk memperkaya hubungan yang sudah kuat, hubungan yang sudah terbangun dari komunikasi langsung dan interaksi personal bisa menjadi alat yang sangat membantu dan menyenangkan.

INTERNET DALAM RANAH ILMU KOMUNIKASI
Pemahaman Masyarakat
v  Di identifikasikan sebagai bagian dari perkembangan teknologi komputer.
v  Anggapan ini tidak hilang meskipun internet telah booming e-mail, chatting, dan browser
Fenomena Internet Menurut Ilmu Komunikasi
v  Dipetakan keadaan kajian komunikasi virtual.
v  Menjadi alternatif  bentuk media baru dalam komunikasi
v  Kehadiran internet telah membentuk pola-pola baru. Komunikasi bermedia menjadi interaktif, jarak, ruang, waktu mengirim dan menerima  pesan.
Konsep Internet sebagai Media Komunikasi
v  Dipopulerkan oleh Jhon Desember  dengan istilah “komputer mediated communication”

Perbandingan Internet Dengan Media Klasik
v  Perbedaan Penggunanya oleh komunikator dan komunikan.
v  Perbedaan Karakteristik Internet sebagai Media Komunikasi
Perbedaan Penggunanya oleh komunikator dan komunikan.
v  Penggunaan internet sebagai medium untuk berkomunikasi menuntut penggunanya memiliki pengetahuan  cara menggunakan software komputer secara umum
v  Komunikasi dalam internet memiliki konteks komunikasi massa tetapi juga membentuk komunikasi personal dalam jumlah banyak, yaitu ; pengguna internet dalam melakukan komunikasi berhadapan dengan pengguna lain dalam jumlah banyak yang masing-masing berperan sebagai komunikator dan komunikan.
v  Sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media komunikasi klasik dimiliki oleh medium internet, artinya dalam internet pengirim pesan menggunakan berbagai bentuk seperti teks grafis, video, dan suara.
v  Dalam komunikasi melalui internet dimungkinkan terjadinya komunikasi antar berbagai personal yang rentang perbedaan, baik secara sosiologis maupun budaya.
Perbedaan Karakteristik Internet sebagai Media Komunikasi
v  Internet adalah media berbasis komputer yang semula berawal dari media “tools” untuk menyimpan serta mengoalah data. Setelah itu digunakan sebagai media elektronik komunikasi dalam bentuk jaringan yang luas dan mengglobal.
v  Internet  sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya.
v  Media internet menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang tidak terbatas dan pada suatu instuti tetapi juga memberikan kesempatan pada setiap individu pada setiap sumber/komunikator.
v  Dampak yang ditimbulkan oleh media internet beberapa diantaranya sama dengan media lain. Don Tappscot memprediksikan dampak dari media internet adalah pergeseran pola hidup secara umum.
v  Dampak dari social budaya dan ekonomi  diprediksikan akan membawa pada pengeluaran keuangan yang lebih untuk mendapatkan akses, dan kelebihan dari media internet baik itu dimiliki sendiri atau menggunakan jasa rental. Kemudahan dan penggunaan praktis yang ditawarkan media internet juga akan membawa masyarakat pada ketidakberdayaan terhadap implikasi teknologi tersebut.
v  Media internet sebagai media yang beraneka rupa dan yang berisi banyak perbedaan konfigurasi proses komunikasi pada fasilitas yang dimiliki.
Komunikasi Bermedia Internet
v  Secara teknis dan fisik merupakan fenomena baru proses komunikasi yang dilakukan manusia pada akhir abad 20 dan telah menjadi bagian integral dari masyarakat pendidikan, industi, dan pemerintahan. Sedangkan secara akademis komunikasi bermedia internet merupakan konsep dan area studi yang relative masih dan baru serta belum banyak tersentuh.
v  Jhon Desember mendefinisikan media internet telekomunikasi dengan menggunakan computer dalam bentuk media massa.

Secara Rinci Komunikasi Bermedia Internet Dalam Proses Penggunaanya Dapat Diuraikan Sebagai Berikut :
v  Aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet
v  Level dan konteks komunikasi bermedia internet.
v  Perspektif lintas budaya.
Aktivitas dan Proses Komunikasi bermedia Internet Meliputi ;
v  Menciptakan pengertian dengan menulis surat melalui E-mail, menuliskan kata-kata pada waktu yang sama dalam komunikasi chating serta menciptakan web sites melalui penciptaan file multimedia.
v  Berpartisipasi dalam forum untuk berkomunikasi yang merupakan awal penjelajahan karakteristik komunitas
Level Dan Konteks Komunikasi Bermedia Internet.
v  Pada level individual pengguna menggunakan internet tools untuk mencari dan menerima informasi dan berkomunikasi dengan pengguna lain
v  Elektronik mail adalah fasilitas yang paling banyak digunakan dalam pada level ini.
v  Di komunikasi massa broadcast online yaitu website identik dengan komunikasi di level ini.
Perspektif lintas budaya
            Karena karakteristiknya yang mampu melintasi jarak dan batas benua, maka dalam penggunaannya, user internet akan menjadi semakin bertambah partisipasinya dalam pertukaran budayadan penghubun pertukaran budaya itu sendiri.
Jenis Komunikasi dalam Menggunakan Internet
v  Asynchronous,  komunikasi melalui media internet dengan pengirim dan penyampai pesan dalam berinteraksi tidak berada pada kedudukan tempat dan waktu yang sama, namun pesan tetap sampai pada sasaran. Di fasilitasi oleh electronic mail.
v  Synchronous communication , komunikasi melalui internet dengan interaksi yang bersamaan waktunya. Diwakili oleh fasilitas internet relay chat.
v  On line broadcast communication , istilah komunikasi yang dilakukan melalui fasilitas web yang memiliki unsur universal dan periodisasi

Karakteristik Media Internet
v  Karakteristik menyangkut pada ciri-ciri, kemampuan kelebihan dan kekurangan dari suatu medium komunikasi.
v  Medium suatu komunikasi  berfungsi sebagai sarana untuk mencocokkan antara pesan yang ingin disampaikan dengan situasi dan kondisi serta sasaran pesan.
Konsep-Konsep  Dalam Berkomunikasi Bermedia Internet
v  Terdapat tiga fasilitas dalam internet yaitu e-meil, IRc, dan web browser, komponen yang menjadi unsure komunikasi berbeda, meskipun dengan patern mekanis yang hampir sama. Perbedaan yang ada disebabkan oleh bentuk proses komunikasi maupun sifat dan bentuk komunikasi yang terjadi.
Unsur Komunikasi Dalam Fasilitas Web Browser
v  Fasilitas web browser pada dasarnya merupakan tempat atau sarana untuk menyampaikan informasi oleh suatu institusi  ataupun perseorangan.
v  Web adalah tempat memajang informasi secara online dan bersifat virtual( maya ) yang memiliki kaitan informasi tidak terbatas.
Informasi dalam Web secara Umum Dapat Dikatagorikan Menjadi 3 Macam, yaitu :
v  Informasi yang bersifat umum
v  informasi khusus
v  Informasi bersifat komersil.

JURNALISME WARGA

            Seiring perkembangan jaman dunia pers juga mengalami perubahan. Pada awalnya pers dalam melakukan kegiatan jurnalistik hanya melalui media cetak berupa koran. Kemudian T. Alfa Edisson menemukan alat penghantar gelombang suara. Alat tersebut dikembangkan sehingga lahirlah radio. Radio pada masa dahulu merupakan sarana yang efektif dalam penyampaian berita, karena gelombang radio jangkauannya sangat luas. Pers kemudian berkembang melalui dunia maya atau internet.
            Kini hanya menggunakan mouse manusia dapat menjelajahi informasi di seluruh dunia. Jurnalisme di dunia maya dengan model korporasi dan citizen journalism. Citizen journalisme di dunia maya sangat cepat berkembang. Terutama sejak ditemukannya web log.
Kemajuan teknologi memasuki abad informasi, ada upaya kita untuk tidak bisa memisahkan batasan-batasan yang berlaku sesuai kaidah hukum, seolah-olah menulis blog, melakukan aktivitas jurnalisme warga (citizien journalism), menjadi moderator, dan aktivitas di jejaring internet lainnya tidak bisa dihukum dan seolah tidak ada batasan.
            Ini persoalan rumit, melibatkan banyak aspek memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi yang menghadirkan fenomena baru dan tanpa preseden sama sekali. Di sisi lain, persoalan ini menjadi ujian penting untuk Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur keseluruhan hidup dan aktivitas kita di jejaring internet. Persoalan ini penting untuk mengukur apakah demokrasi yang kita jalankan di jejaring internet adalah bebas nilai yang semaunya mencemarkan nama baik, menuduh seseorang, atau memfitnah atas nama kebebasan berpendapat, berekspresi.
            Saat ini teknologi komunikasi informasi tercampur demokrasi-reformasi, menghasilkan apa yang disebut sebagai jurnalisme warga, yang secara definisi dirumuskan sebagai memainkan peranan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminiasi berita dan informasi. Artinya, dalam era demokrasi-reformasi berbasis informasi sekarang ini semua warga di negara kepulauan Nusantara ini adalah konsumen, semua orang adalah distributor, semua warga menjadi agregator, dan semua orang adalah produser. Menurut CEO Reuters Tom Glocer, dari kantor berita Inggris ternama dan disegani di dunia, kita hidup dalam era pipa dua arah. Glocer menajamkan pengertiannya bahwa semua orang memiliki potensi sebagai mitra dan sekaligus sebagai kompetitor.
            Kita memahami sedalam-dalamnya, kemajuan teknologi komunikasi informasi yang sekarang menjadi bagian kehidupan digital kita sehari-hari memang telah menghadirkan pilihan baru mengakses informasi seluas-luasnya. Jejaring internet memungkinkan semua warga negara Indonesia untuk memberikan sumbangsih kepada jurnalisme tanpa pelatihan formal seperti layaknya wartawan dunia nyata.
            Jurnalisme warga yang sekarang didengung-dengungkan oleh siapa saja yang memanfaatkan kemajuan jejaring internet, baik memiliki situs Web sendiri dan situs blog yang menjadi fenomena penting kemajuan internet Indonesia, berkembang begitu liar dan berdalih dilindungi oleh undang-undang pers ketika terjadi kekisruhan diseminasi informasi seperti yang terjadi dalam kasus di atas. Yang harus dipahami, dan ini tidak tercermin dalam perkembangan jurnalisme warga di Indonesia, jurnalisme akan selalu memiliki seperangkat prinsip- prinsip, seperti memeriksa ulang sumber informasi dan memisahkan komentar dan pelaporan. Pada media massa tradisional, kaidah ini mengalami penyaringan sangat ketat dengan berbagai mekanisme news room. Pada jurnalisme warga, yang muncul seringkali adalah one reporter journalism yang tidak bisa membedakan melaporkan berita dan menjadi berita. Akibatnya, terjadinya tuduh menuduh yang berakibat tercemarnya nama baik seseorang.
            Oh Yeong-ho, pendiri Ohmynews sebagai pelopor utama citizen journalism di dunia asal Korea Selatan, secara tegas mengakui bahwa menulis sebuah berita membutuhkan waktu yang lebih lama dari hanya sekadar memberikan sebuah komentar atau melakukan posting pada situs blog. Dalam pencemaran nama seseorang memang tidak ada pilihan untuk dilakukan pemeriksaan, karena ”kerusakan sudah terjadi” dan harus ada yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Sekaligus menguji dan memperbaiki berbagai undang- undang dan peraturan hukum mengantisipasi kemajuan teknologi komunikasi informasi.
            Memang menjadi persoalan, apakah moderator sebuah mailing list juga ikut terlibat di mata hukum ketika terjadi kerusakan tersebut? Apakah seorang moderator bisa masuk bui karena dituduh ikut menyebarkan pencemaran nama baik hanya karena memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi?.
            Ketika UU ITE digelar, persoalan ini menjadi perdebatan hangat oleh siapa saja. Dan seharusnya perdebatan ini dilanjutkan untuk bisa mencapai apa yang kita sepakat satu-satunya bebas nilai itu adalah kebenaran yang hakiki. Di tengah kemajuan internet sekarang ini, informasi yang mana yang bisa dipercaya atau informasi bagaimana yang akurat? Kita tahu kalau kepercayaan pembaca itu sangat rentan sehingga perlu proses panjang untuk bisa menjaga kepercayaan itu.

Fungsi dan peranan cyber journalisme
            Dalam Sembilan Prinsip Inti Jurnalisme, yang ditulis dalam buku The Elements of Journalism. What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (Crown Publishers. 2001).
1.Jurnalisme harus memiliki kewajiban pertama pada kebenaran.
2.Jurnalisme harus memiliki loyalitas pertama pada warga masyarakat.
3.Jurnalisme harus memiliki kedisiplinan dalam melakukan verifikasi.
4.Jurnalisme harus menjaga independensi dari sumber berita.
5.Jurnalisme harus memfungsikan dirinya sebagai pemantau independen atas suatu kekuasaan tertentu.
6.Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik dan komentar public.
7.Jurnalisme harus mengupayakan hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
8.Jurnalisme harus menjaga agar setiap berita komprehensif dan proporsional.
9.Jurnalisme harus membolehkan praktisinya untuk menggunakan nuraninya.
Sembilan prinsip inti jurnalisme di atas sebaiknya dijadikan panduan bagi masyarakat dalam melakukan jurnalisme warga. Sebab kegiatan jurnalisme bukan kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dasar. Seseorang harus menerima pendidikan komunikasi dan jurnalistik agar hasil karyanya sesuai dengan kode etik jurnalistik.

CYBER SEBAGAI MEDIA

            Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Jurnalisme online mungkin tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama, melainkan tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapus jurnalisme tradisional, namun meningkatkan identitasnya dengan menngabungkan fingsi-fungsi dara teknologi internet dengan media tradisional.
            Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan atau evolusi dari medel-model terdahulu. Dalam hal ini, internet bukanlah suatu pengecualian. Internet adalah medium ternaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena itu, apa yang berubah bukanlah subtansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya (Hilf,2000).Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan WWW. Jurbalisme online telah menuju tren alternative, mengklain bahwa jurnalisme online telah mengubah segala aktifitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu jurnalisme online telah maju secara dramatis.
            Kini hamper seluruh media ebrita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk. Terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannnya dengan isi. Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Contohnya adalah Washington Post (www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com), dan BBC News Online (www.BBC.co.uk). Pada model situs kedua, bentukan situs webnya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan mengubah isi dari berbagai media berita. Saloon, Salate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini. Sedangkan model ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media Watchdog masuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakata mengenai permasalahan yang mencuat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar