Rabu, 25 Mei 2011

Judul Buku                  : Loving you, Merit yuk.
Judul Resensi             : Nikmati Cinta di jalur yang benar
Penerbit                      : Gema Insani
Percetakan                 : Jakarta
Jumlah halaman         : 245
No Isbn                       : 979-56-0034-6
Tahun                          : 2005
Harga                          : Rp 45.000,00


CInta tak pernah bosan untuk di obrolkan. Cinta tak pupus oleh waktu, ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Asyik untuk di bahas, tak lelah untuk menuliskannya. Karena cinta memiliki keunikan dan sekaligus “keajaiban”.
Uniknya, cinta bisa di lihat dan di rasakan dari berbagai sisi. Paling gak, cerita tentang cinta yang bahagia sama nikmatnya dengan mendengar kisah duka karena cinta. Selain unik, cinta memang “ajaib”. Bisa mengobati rasa gelisah, mampu melicinkan perasaan, dan juga menumbuhkan kreatifitas yang tak pernah ada habisnya.
Bicara tentang cinta, ada satu fenomena yang menarik dan perlu mendapat perhatian dari kita semua. Sepertinya sebagian besar dari kita merasa “gatal” bahwa cinta tak di ekspirasikan dengan aktifitas mencintai, akan berakhir dengan kesengsaraan dan penderitaan. Cinta sebenarnya tak sama dengan aktifitas mencintai. Tak berbanding lurus pula. Tapi kenapa harus dipaksakan untuk disamakan?
Sejatinya cinta tetap bisa tumbuh dan terplihara meski tak diekspirasikan dengan aktifitas mencintai. Itu sebabnya pula, cinta tetap ada meski tanpa di wujudkan dengan pacaran. Karena cinta memang beda dengan pacaran. Buktinya banyak orang yang jatuh cinta, dan nggak sedikit yang memendamnya. Mereka cukup merasakan cinta di dalam hatinya. Entah karena tak kuasa mengatakan kepada orang yang dicintainya, atau memang sengaja ingin memelihara dan merawatnya sampai tiba pada suatu saat di mana kuncup itu menjadi mekar dan berbunga di taman hatinya. Dan, ia benar-benar siap untuk mengekspirasikannya di jalur yang benar.
Karena yang terpenting adalah bahwa tanpa di ekspirasikan dalam aktifitas saling mencintai pun, cinta tetap tumbuh di hati. kenyataan ini pula yang mengukuhkan bahwa cinta tidak selalu sama dan tak sebangun dengan aktifitas mencintai. Jelas ini mematahkan mitos selama ini yang meyakini bahwa jika jatuh cinta harus di wujudkan dengan aktivitas mencintai bernama pacaran.
  Liihat aja, mereka yang masih melajang sampe tua, bukan tak memiliki rasa cinta. Mereka pasti memiliki cinta. Cuma karena cinta tak mesti di ekspirasikan dengan aktifitas mencintai seperti pacaran atau juga pernikahan. Cuma mungkin gelisah aja karena gak bisa berbagi cinta dengan seseorang yang bisa membalas cintanya.
Namun meski demikian, bukan berarti cinta tak boleh di ekspirasikan sama sekali dalam aktivitas mencintai. Nggak juga. Ini hanya sekedar gambaran bahwa kita jangan keburu menyimpulkan bahwa pacaran adalah jalan pintas untuk mengekspresikan cinta. Kalau pun harus di ekspresikan dengan aktivitas saling mencintai, tentunya hanya wajib di jalan yang benar sesuai syariat. Hanya melalui iaktan pernikahanlah cinta kita bisa dan halal diekspresikan dengan kekasih kita.
Bahwa menikah tanpa melalui aktivitas pacaran terlebih dahulu ternyata mengasyikan dan seru. Ibarat puasa, maka ketika berbuka pasti senang rasanya. Jika dalam aktivitas pacaran segalanya sudah pernah kita cicipi terlebih dahulu kenikmatannya ( bahkan ada yang merayakannya dengan seks bebas segala), maka ketika akan masuk ke pintu pernikahan, kita jadi agak-agak bosan dan gak terlalu seru, apalagi asyik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar